Allah telah ciptakan manusia ini dengan
banyak kemampuan yang ia miliki. Ia berikan banyak fasilitas yang ada
pada tubuh manusia. Dengan tangannya, manusia mampu membuat sesuatu
yang menakjubkan. Dengan... otaknya, ia mencetuskan teori-teori
pengetahuan yang begitu luar biasa. Namun, marilah kita amati salah
satu dari sekian kemampuan kita, yaitu kemampuan berpikir, melihat dan
mendengar! Saudaraku…! Dalam sebuah ayat-Nya. Allah swt berfirman :
قُلْ هُوَ الَّذِيْ أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَاْلأَبْصَارَ وَاْلأَفْئِدَةَ قَلِيْلاً مَا تَشْكُرُوْنَ “Katakanlah!
Dia (Allah) yang telah menciptakan kalian, dan Ia jadikan bagi kalian
pendengaran, penglihatan dan hati (pikiran). (namun) Amat sedikit yang
kalian syukuri.” Qs. Al-Mulk (67) : 23 Allah swt menyebut pendengaran
dan penglihatan sebelum pikiran, karena demikianlah proses berpikir
manusia. Ya… melihat, mendengar lalu berfikir. Dan melihat, mendengar
serta berpikir dalam ayat ini berkaitan dengan status kita di hadapan
Allah kelak, saudaraku… Bagaimana reaksi kita tatkala melihat
tanda-tanda kebesaran Allah yang amat banyak di sekitar kita? atau
ketika kita mendengar ayat-ayat-Nya? Dan bagaimana sikap kita saat
Allah melimpahruahkan harta kepada kita? Dan bagaimana sikap kita saat
Ia “cicipkan” sedikit__ azab-Nya yang berwujud musibah? Saudaraku…!
Tak salah kalau sebuah pepatah Inggris mengatakan, “Heart is King”
(hati adalah raja). Karena hati inilah yang menentukan segala perbuatan
kita. Bila hati seseorang itu “berlabuh” kepada Allah ia selalu
beribadah, berzikir dan berdo’a, ia tak pernah melupakan-Nya, niscaya
ia menjadi hati yang lembut, baik dan meridhakan Pemeliharanya.
Sebaliknya, hati yang selalu bermaksiat, lalai, meremehkan, bahkan
berani menentang Allah atau enggan mendengarkan ayat-ayat suci-Nya, maka
tak ubahnya ia adalah hati yang culas, jahat, yang selalu membuat
murka Penciptanya. Dan itulah, hati yang ‘’berlabuh’’ kepada rayuan
syaithan pujaanya. Saudaraku…! Kini, sudah saatnya kita introspeksi
diri, mengamati kondisi kita masing-masing! Mungkinkah terlampau jauh
dari-Nya? Dimanakah hati kita “berlabuh’’? Di “pelabuhan’’ Allah-kah…?
Atau di “pelabuhan” syaithan terkutuk? Andaikan hati kita telah lama
membengkok, marilah kita benahi dan luruskan kembali! Marilah kita mohon
ampunan-Nya, ridha-Nya dan belas kasih-Nya! Saudaraku…! Akhir kata,
tiada air mata yang lebih mulia kecuali tatkala ia menetes karena
menyesali segala dosa… tatkala kita bersimpuh, bertaubat atas
“kebengkokan’’ hati kita selama ini. ” وَ اسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ
اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ “ ‘’Dan mohonlah ampun kalian kepada Allah,
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’’ QS. Al-muzzammil
(73) : 20